Kotaku yang Malang, Kota Malang
Sudah
padat, sesak, macet, dan panas pula! Itulah sebagian curhatan Mahasiswa yang
tidak terbiasa dengan perubahan cuaca yang terjadi di Malang saat ini. Kota
Malang yang banayak dikenal sebagai kota dengan cuacanya yang sejuk untuk
akhir-akhir ini perlu dikoreksi lagi untuk menyebutkan Malang merupakan kota
yang “Sejuk”. Hal ini dapat dibuktikan dan dirasakan oleh mahasiswa di beberapa
Universitas di Kota Malang yang ditemui. Musim hujan yang biasanya terjadi di
Bulan Oktober hingga Bulan Maret untuk tahun sebelumnya dan tahun ini musim
hujan sudah tidak menentu. Begitu pula dengan musim panas yang tidak menentu
menimbulkan banyak fenomena alam yang menyimpang.
Isu
Pemanasan Global atau yang biasa dikenal dengan bahasa kerennya “Global
Warming” bukan lagi sekedar isapan jempol belaka, tapi sudah menunjukan wujud
yang sebenarnya dihadapan umat manusia di bumi dengan semakin tidak nyamannya
bumi sebagai tempat tinggal ataupun hunian makhluk hidup. Hal tersebut tidaklah
keliru dan berlebihan bila melihat fakta dan hasil-hasil penelitian para ahli
yang menunjukkan bahwa ada kecenderungan jumlah kadar gas rumah kaca seperti
CO2 di atmosfer telah kelewat batas, yang terus menerus dimuntahkan dari bumi.
Lalu
bagaimana hal ini bisa terjadi secepat itu? Tidak berwujud dan hanya dapat
dirasakan, ya begitulah hawa panas saat memasuki kawasan Kota Malang saat ini.
Mengapa tidak, rumah-rumah banyak yang dibangun secara berdempetan dan saling bertautan
untuk menjadi yang lebih tinggi dari yang lain. Rumah-rumah itu, juga sesak
dengan penghuni terutama bangunan yang dibuat sebagai rumah tempat berteduh
para mahasiswa perantauan (biasa dikenal dengan istilah kos-kosan). Lain halnya dengan rumah-rumah yang berjejer rapi memenuhi
setiap sudut yang kosong, bangunan gedung-gedung baru di setiap Fakultas salah
satu Universitas tidak mau ketinggalan untuk menjadi “Rumah Pintar” bagi para
mahasiswa.
Kepadatan
lalu lintas baik roda empat maupun roda dua juga mewarnai semaraknya jajaran
jalanan pelosok Kota Malang ini. Rambu-rambu lalu lintas sepertinya juga tidak
banyak membantu jika kemacetan masih saja terlihat diberbagai sudut kota
terutama daerah-daerah kampus. Jalanan yang awalnya dua arah dibentuk sekian
rupa menjadi satu arah dengan tujuan mengurangi kemacetan masih tetap saja
kurang membantu. Polusi dimana-mana, jantung kota yang semakin berkurang,
rimbunan pepohonan di pinggir jalan yang sudah jarang terlihat menambah kota
ini semakin terasa panas.
Dampaknya
sudah banyak terasa, masihkah kita membiarkannya terus seperti ini? Membuat
kota ini semakin parah dengan cuaca panasnya? Mampukah kita merubah semuanya
seperti semula? Terlambatkah? Jawabannya belum! Masih banyak cara untuk
mengembalikan itu semua meski nantinya tidak sama persis seperti sedia kala.
Tidak harus dimulai dengan hal-hal yang rumit dan besar. Dapat kita mulai
denagn hal yang kecil dan mudah untuk mencapai hal besar, menanam pohon dan
memulai penghijauan disekitar lingkungan, seperti memanfaatkan lahan yang ada
meski tidak terlalu luas, menghemat daya yang dapat menimbulakan panas
berlebihan dalam hal ini seperti penggunaan listrik, pemanfaatan air sesuai
dengan kebutuhan karena saat ini baik di desa maupun di perkotaan telah
terbukti bahwa pengguanaan air sangat boros, pengelolaan sampah yang baik juga
bisa membantu megurangi timbulnya dampak dari Global Warming.
PUTRI CONAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar