Minggu, 08 Juni 2014

cerita 2



Kotaku yang Malang, Kota Malang
Sudah padat, sesak, macet, dan panas pula! Itulah sebagian curhatan Mahasiswa yang tidak terbiasa dengan perubahan cuaca yang terjadi di Malang saat ini. Kota Malang yang banayak dikenal sebagai kota dengan cuacanya yang sejuk untuk akhir-akhir ini perlu dikoreksi lagi untuk menyebutkan Malang merupakan kota yang “Sejuk”. Hal ini dapat dibuktikan dan dirasakan oleh mahasiswa di beberapa Universitas di Kota Malang yang ditemui. Musim hujan yang biasanya terjadi di Bulan Oktober hingga Bulan Maret untuk tahun sebelumnya dan tahun ini musim hujan sudah tidak menentu. Begitu pula dengan musim panas yang tidak menentu menimbulkan banyak fenomena alam yang menyimpang.
Isu Pemanasan Global atau yang biasa dikenal dengan bahasa kerennya “Global Warming” bukan lagi sekedar isapan jempol belaka, tapi sudah menunjukan wujud yang sebenarnya dihadapan umat manusia di bumi dengan semakin tidak nyamannya bumi sebagai tempat tinggal ataupun hunian makhluk hidup. Hal tersebut tidaklah keliru dan berlebihan bila melihat fakta dan hasil-hasil penelitian para ahli yang menunjukkan bahwa ada kecenderungan jumlah kadar gas rumah kaca seperti CO2 di atmosfer telah kelewat batas, yang terus menerus dimuntahkan dari bumi.
Lalu bagaimana hal ini bisa terjadi secepat itu? Tidak berwujud dan hanya dapat dirasakan, ya begitulah hawa panas saat memasuki kawasan Kota Malang saat ini. Mengapa tidak, rumah-rumah banyak yang dibangun secara berdempetan dan saling bertautan untuk menjadi yang lebih tinggi dari yang lain. Rumah-rumah itu, juga sesak dengan penghuni terutama bangunan yang dibuat sebagai rumah tempat berteduh para mahasiswa perantauan (biasa dikenal dengan istilah kos-kosan). Lain halnya dengan rumah-rumah yang berjejer rapi memenuhi setiap sudut yang kosong, bangunan gedung-gedung baru di setiap Fakultas salah satu Universitas tidak mau ketinggalan untuk menjadi “Rumah Pintar” bagi para mahasiswa.
Kepadatan lalu lintas baik roda empat maupun roda dua juga mewarnai semaraknya jajaran jalanan pelosok Kota Malang ini. Rambu-rambu lalu lintas sepertinya juga tidak banyak membantu jika kemacetan masih saja terlihat diberbagai sudut kota terutama daerah-daerah kampus. Jalanan yang awalnya dua arah dibentuk sekian rupa menjadi satu arah dengan tujuan mengurangi kemacetan masih tetap saja kurang membantu. Polusi dimana-mana, jantung kota yang semakin berkurang, rimbunan pepohonan di pinggir jalan yang sudah jarang terlihat menambah kota ini semakin terasa panas.
Dampaknya sudah banyak terasa, masihkah kita membiarkannya terus seperti ini? Membuat kota ini semakin parah dengan cuaca panasnya? Mampukah kita merubah semuanya seperti semula? Terlambatkah? Jawabannya belum! Masih banyak cara untuk mengembalikan itu semua meski nantinya tidak sama persis seperti sedia kala. Tidak harus dimulai dengan hal-hal yang rumit dan besar. Dapat kita mulai denagn hal yang kecil dan mudah untuk mencapai hal besar, menanam pohon dan memulai penghijauan disekitar lingkungan, seperti memanfaatkan lahan yang ada meski tidak terlalu luas, menghemat daya yang dapat menimbulakan panas berlebihan dalam hal ini seperti penggunaan listrik, pemanfaatan air sesuai dengan kebutuhan karena saat ini baik di desa maupun di perkotaan telah terbukti bahwa pengguanaan air sangat boros, pengelolaan sampah yang baik juga bisa membantu megurangi timbulnya dampak dari Global Warming.

PUTRI CONAN

Tidak ada komentar:

Posting Komentar